TARUNA KALA ITU
Pukul 07.00 pagi. Lapangan SMKN 1 wonosari" sudah dipenuhi Taruna berseragam hijau-kuning. Para taruna merasakan dinginnya embun pagi yang bercampur dengan semangat dari teriakan serempak "Siap, Laksanakan!" saat Apel Pagi. Kedisiplinan adalah makanan sehari-hari, tapi kebersamaanlah bumbu paling sedap di kala itu.
Hari-hari Diklatsar adalah hari-hari terpanjang dalam hidupku. Matahari di Wonoasri terasa memanggang, dan keringat yang mengucur seolah tak ada habisnya. Pelatihan ini digembleng langsung oleh para pelatih dari TNI dan Polri yang berkerja sama dengan sekolah.Kami diajari cara berjalan, berdiri, dan berbicara dengan tepat (PBB), namun inti dari semua itu adalah mental.
Setelah melewati berbagai tempaan, tiba saatnya Pelantikan Ketarunaan. Hari itu, ratusan orang tua hadir. Kami berdiri tegak dalam barisan, seragam bersih dan rapi. Saat Kepala Sekolah memasangkan baret Taruna secara simbolis, air mata haru orang tuaku terlihat dari barisan.Momen itu adalah puncak segalanya. Itu bukan hanya upacara seremonial, tapi sebuah pengakuan bahwa kami telah berhasil mengubah diri: dari siswa biasa menjadi Taruna/Taruni yang Berkarakter Kuat, Disiplin, dan Siap Bersaing.
Pengalaman Ketarunaan di SMKN 1
Wonoasri memberiku lebih dari sekadar ijazah. Ia memberiku mental baja dan
karakter yang kuat, bekal untuk menghadapi dunia kerja atau melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sepatu lumpurku sudah dibersihkan, tetapi kenangan akan perjuangan dan janji untuk menjadi
lulusan yang cerdas dan berkarakter akan selalu kubawa.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar