PEREMPUAN PENUNGGU SENJA
Berikut ringkasan dari buku "Perempuan Penunggu Senja" karya Marjiyanti Djoyo Utomo ,sebuah karya sastra yang menyelami dinamika batin seorang perempuan dalam menghadapi kehidupan, penantian, dan harapan:
* Judul : ''Perempuan Penunggu Senja''
* Penulis : Marjiyanti Djoyo Utomo
* Penerbit : Ananta Vidya
* Terbit : Mei 2024, 156 halaman.
Buku ini menyentuh tema tentang:
* Perempuan yang kuat tetapi penuh luka dan harapan.
* Penantian dan peralihan (digambarkan lewat “senja” sebagai simbol) — fase antara siang dan malam yang melambangkan perubahan, kelegaan, sekaligus kesendirian.
* Keikhlasan, melepas, dan menyusun kembali hidup saat segala sesuatu tak berjalan seperti yang diharapkan.
Buku ini terbagi dalam beberapa bab yang diberi judul “Senja Pertama”, “Senja Kedua”, … hingga “Senja Terakhir”.
Setiap bab mengandung fragmen cerita atau refleksi batin tentang perjalanan seorang perempuan: dari kehadiran cinta atau harapan, kemudian patah, kemudian proses perenungan dan akhirnya penyerahan pada takdir dan pengharapan baru.
Beberapa poin isi:
* Dalam prolog, penulis menyebut bahwa “Senja itu indah … peralihan dari siang ke malam. Perginya bukan untuk ditangisi, namun akan menjadi kenangan menghiasi setiap mimpi."
* Buku ini ditujukan untuk “perempuan-perempuan kuat di sekeliling kehidupanku” sebagai inspirasi menghadapi “gelombang kehidupan”.
* Ada unsur bahwa perempuan sebagai “penunggu senja” — yaitu menunggu waktu yang tepat, menunggu perubahan, belajar untuk berdamai dengan kondisi, dan kemudian melangkah.
* Ada pesan bahwa air mata bukan akhir dari ikhtiar: “Perempuan Penunggu Senja, jangan biarkan air mata menjadi akhir dari ikhtiarmu. Bertahanlah, karena hidup bukan untuk ditangisi.”
Pesan /Amanat :
Ketahanan: Perempuan mampu menghadapi luka dan terus melangkah meski senja (masa transisi) terasa berat.
Pengikhlasan: Melepas bukan berarti kalah, melainkan memilih untuk bangkit dari masa lalu, memberi ruang bagi harapan baru.
Harapan & Pembaruan: Senja bukan akhir, tapi pertanda bahwa malam akan datang dan esok pagi akan tiba — memberi harapan untuk memulai lagi.
Identitas & Kebebasan:
Mengajak perempuan untuk tidak menjadikan luka sebagai pembatas, melainkan sebagai ruang untuk memperkuat diri.
Kelebihan
* Bahasa yang puitis dan penuh metafora — membuat pengalaman membaca menjadi reflektif.
* Tema yang relevan untuk banyak perempuan: penantian, perubahan, kebebasan.
* Memberi kekuatan emosional dan inspirasi untuk berdamai dengan luka dan memulai kembali.
Kekurangan
- Karena gaya yang reflektif dan puitis, mungkin tidak cocok bagi pembaca yang lebih suka alur naratif yang jelas dan linear.
- Sifatnya lebih koleksi fragmen dan renungan daripada cerita dengan plot dramatis yang kuat — mungkin terasa “terpotong” bagi sebagian pembaca yang mengharapkan narasi panjang.
KELOMPOK 3 XII DPB 2
•NUR AINI ( 13 )
•SHELA ARIANATA ( 16 )
•SINTIYA INDAH PARWATI ( 19 )
•SITI FATIMAH ( 20 )
•WENY AMELIA NITA ( 27 )
•ZHENIA PRATISTA ( 34 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar