Selasa, 04 November 2025

PEREMPUAN PENUNGGU SENJA


PEREMPUAN PENUNGGU SENJA

Berikut ringkasan dari buku "Perempuan Penunggu Senja" karya Marjiyanti Djoyo Utomo ,sebuah karya sastra yang menyelami dinamika batin seorang perempuan dalam menghadapi kehidupan, penantian, dan harapan:
* Judul                 : ''Perempuan Penunggu Senja''
* Penulis            : Marjiyanti Djoyo Utomo
* Penerbit            : Ananta Vidya
* Terbit                : Mei 2024, 156 halaman.

Buku ini menyentuh tema tentang:
* Perempuan yang kuat tetapi penuh luka dan harapan.
* Penantian dan peralihan (digambarkan lewat “senja” sebagai simbol) — fase antara siang dan malam yang melambangkan perubahan, kelegaan, sekaligus kesendirian.
* Keikhlasan, melepas, dan menyusun kembali hidup saat segala sesuatu tak berjalan seperti yang diharapkan.
Buku ini terbagi dalam beberapa bab yang diberi judul “Senja Pertama”, “Senja Kedua”, … hingga “Senja Terakhir”.

Setiap bab mengandung fragmen cerita atau refleksi batin tentang perjalanan seorang perempuan: dari kehadiran cinta atau harapan, kemudian patah, kemudian proses perenungan dan akhirnya penyerahan pada takdir dan pengharapan baru.

Beberapa poin isi:
* Dalam prolog, penulis menyebut bahwa “Senja itu indah … peralihan dari siang ke malam. Perginya bukan untuk ditangisi, namun akan menjadi kenangan menghiasi setiap mimpi."
* Buku ini ditujukan untuk “perempuan-perempuan kuat di sekeliling kehidupanku” sebagai inspirasi menghadapi “gelombang kehidupan”.
* Ada unsur bahwa perempuan sebagai “penunggu senja” — yaitu menunggu waktu yang tepat, menunggu perubahan, belajar untuk berdamai dengan kondisi, dan kemudian melangkah.
* Ada pesan bahwa air mata bukan akhir dari ikhtiar: “Perempuan Penunggu Senja, jangan biarkan air mata menjadi akhir dari ikhtiarmu. Bertahanlah, karena hidup bukan untuk ditangisi.”

Pesan /Amanat : 
Ketahanan: Perempuan mampu menghadapi luka dan terus melangkah meski senja (masa transisi) terasa berat.
Pengikhlasan: Melepas bukan berarti kalah, melainkan memilih untuk bangkit dari masa lalu, memberi ruang bagi harapan baru.
Harapan & Pembaruan: Senja bukan akhir, tapi pertanda bahwa malam akan datang dan esok pagi akan tiba — memberi harapan untuk memulai lagi.

Identitas & Kebebasan: 
Mengajak perempuan untuk tidak menjadikan luka sebagai pembatas, melainkan sebagai ruang untuk memperkuat diri.

Kelebihan
* Bahasa yang puitis dan penuh metafora — membuat pengalaman membaca menjadi reflektif.
* Tema yang relevan untuk banyak perempuan: penantian, perubahan, kebebasan.
* Memberi kekuatan emosional dan inspirasi untuk berdamai dengan luka dan memulai kembali.
Kekurangan
- Karena gaya yang reflektif dan puitis, mungkin tidak cocok bagi pembaca yang lebih suka alur naratif yang jelas dan linear.
- Sifatnya lebih koleksi fragmen dan renungan daripada cerita dengan plot dramatis yang kuat — mungkin terasa “terpotong” bagi sebagian pembaca yang mengharapkan narasi panjang.


KELOMPOK 3 XII DPB 2

•NUR AINI ( 13 )
•SHELA ARIANATA ( 16 )
•SINTIYA INDAH PARWATI ( 19 )
•SITI FATIMAH ( 20 )
•WENY AMELIA NITA ( 27 )
•ZHENIA PRATISTA ( 34 )

Tidak ada komentar:

Kisah Penjaga Kebun dan Buah Jeruk yang Manis

Kisah Penjaga Kebun dan Buah Jeruk yang Manis Suatu hari di kelas Aisyah terjadi sebuah kehebohan. Mereka melihat Galang menjadi tukang kebu...