Langit sore di Kampung Gunung Bedah merona jingga, seolah menampakkan semangat yang membara dalam diri Arya. Pemuda 22 tahun itu bukan seperti pemuda lain pada umumnya yang sibuk mengejar karir atau bersenang-senang. Sejak lulus kuliah, Arya memilih jalan yang berbeda, jalan sunyi yang jarang dilalui, yaitu jalan pengabdian.
Semua bermula dari keresahannya melihat kondisi kampungnya. Anak-anak putus sekolah, minimnya fasilitas kesehatan, dan sampah yang menumpuk di mana-mana adalah pemandangan sehari-hari. Ia merasa tak bisa tinggal diam. Dengan modal nekat, semangat, dan sedikit tabungan, Arya memulai pergerakannya.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah mengumpulkan anak-anak putus sekolah. Di bawah pohon beringin tua yang rindang, Arya mendirikan “Sekolah Bawah Pohon”. Ia menjadi satu-satunya guru. Dengan sabar, ia mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Tak hanya pelajaran formal, ia juga menyelipkan nilai-nilai moral dan cinta lingkungan. Awalnya, hanya beberapa anak yang datang, tetapi seiring waktu, jumlahnya terus bertambah.
Perjuangan Arya tidak selalu mulus. Banyak cemoohan dan keraguan yang ia terima. "Untuk apa buang-buang waktu mengurus orang lain? Lebih baik cari pekerjaan yang mapan," begitu kata-kata yang sering ia dengar. Bahkan, orang tuanya pun sempat khawatir dengan pilihannya. Namun, Arya tak menyerah. Ia percaya bahwa kebaikan sekecil apa pun akan membawa dampak besar.
Untuk mengatasi masalah sampah, Arya menginisiasi program "Bank Sampah". Ia mengajak ibu-ibu PKK dan pemuda kampung untuk memilah sampah. Sampah organik diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik dijual. Hasilnya digunakan untuk membeli buku dan peralatan sekolah bagi anak-anak di Sekolah Bawah Pohon. Ide ini sempat dianggap gila, tetapi kini Kampung Gunung Bedah menjadi salah satu kampung percontohan dalam hal pengelolaan sampah.
Tak berhenti di situ, Arya juga menyadari pentingnya kesehatan. Bersama seorang perawat sukarela, ia mendirikan pos kesehatan sederhana di balai desa. Setiap minggu, mereka mengadakan penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan gratis. Kehadiran pos ini sangat membantu warga, terutama lansia dan balita.
Tahun berganti, dan kerja keras Arya mulai terlihat hasilnya. Anak-anak yang dulu putus sekolah kini bisa membaca dan menulis. Kampung Gunung Bedah menjadi lebih bersih dan asri. Warga saling bahu-membahu dalam kegiatan kemasyarakatan. Arya bukan lagi pemuda aneh, melainkan inspirasi bagi seluruh warga.
Suatu hari, seorang pejabat dari kota datang berkunjung. Ia kagum melihat perubahan yang terjadi di Kampung Gunung Bedah. Pejabat itu menawarkan Arya pekerjaan di dinas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar