PELITA DI BALIK SUNGAI KERING
Di sebuah desa kecil bernama Sungai Kering, kehidupan masyarakatnya serba
terbatas. Jalan rusak, anak-anak sulit bersekolah karena jarak yang jauh, dan
banyak pemuda lebih memilih merantau daripada membangun kampungnya. Namun, ada
seorang pemuda bernama Ardi, lulusan SMA yang memilih tinggal. la percaya,
"Kalau semua pergi, siapa yang akan membangun desa kita?"
Setiap sore, Ardi mengajar anak-anak membaca di serambi rumahnya. la
membuat papan tulis sederhana dari papan bekas, sementara kapur ia beli dengan uang
hasil bekerja di kebun orang. Lambat laun, anak-anak semakin rajin datang,
bahkan orang tua mereka mulai ikut belajar menulis nama sendiri.
Ardi juga menggerakkan teman-teman sebayanya. la berkata, "Kalau
kita hanya menunggu bantuan, desa ini tidak akan berubah. Mari kita mulai dari
hal kecil."
Mereka pun bergotong-royong memperbaiki jalan setapak dengan batu dan
pasir seadanya. Tidak sempurna, tetapi cukup agar motor bisa lewat tanpa
tergelincir.
Perjuangan Ardi tidak selalu mulus. Ada yang meremehkan, bahkan
menuduhnya hanya mencari pujian. Namun ia tidak menyerah. la yakin, kerja tulus
akan terlihat dari hasilnya.
Beberapa bulan kemudian, kabar tentang kegiatan pemuda desa ini sampai ke
telinga pemerintah daerah. Ardi dan kawan-kawannya diundang untuk menerima
bantuan berupa buku, alat belajar, dan perbaikan jalan desa.
Hari itu, warga berkumpul dengan rasa haru. Ardi berdiri di depan mereka,
berkata lirih,
"Ini bukan hasil kerja saya seorang, tapi kerja kita semua. Selama
kita mau peduli, desa kecil ini bisa bersinar." Sejak saat itu, Sungai
Kering berubah. Anak-anak kembali semangat belajar, jalan desa mulai membaik,
dan pemuda yang dulu ingin pergi kini memilih tinggal untuk membangun.
Ardi membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil
seorang pemuda yang berani peduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar